Ini Dia Beragam Jenis Lem Berdasarkan Reaktivitasnya!

0
3205

Sama-sama berfungsi sebagai bahan perekat, tapi ternyata lem bisa dibedakan menjadi beberapa jenis. Salah satu pengelompokannya bisa dilihat dari berbagai jenis lem berdasarkan reaktivitasnya.

Adhesive adalah bahan yang sudah sangat lama digunakan manusia. Bahkan manusia Neanderthal telah memanfaatkan fungsi perekat sejak 200.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan ini terus berlanjut sampai di zaman modern ini. Artinya lem memang memiliki fungsi tak tergantikan dalam kehidupan kita. Bagaimana tidak? Bila kita pikirkan, hampir semua produk membutuhkan penyambungan. Pada proses penyambungan inilah, lem memainkan peran penting (meski tidak semua penyambungan menggunakan lem). Contoh, dalam pembuatan meja makan Anda, pasti pengrajinnya membutuhkan adhesive untuk merekatkan area sambungan atau joinery. Lem pun sering dipadukan dengan penyambung lainnya seperti paku dan skrup.

promo produk finishing natural oil dan sanding sealer

Baca Juga : bahan kimia yang terkandung didalam lem

perawatan kayu alami natural oil

Karena pemanfaatannya yang luas, teknologi pembuatan lem berkembang begitu pesat. Dulu, kita hanya menggunakan lem dari bahan organik. Lem kak misalnya, yang dibuat dari hewan. Tapi kini, telah banyak lem lainnya yang dibuat oleh manusia secara langsung. Produk-produk adhesive masa kini begitu beragam dilihat dar formulasi hingga tujuan pembuatannya. Nah salah satu pembagian lem yang paling banyak digunakan adalah pengelompokkan lem menurut reaktivitasnya. Ada dua kelompok adhesive berdasarkan reaktivitasnya, yakni lem reaktif dan non reaktif. Apa maksudnya dan apa saja lem-lem yang termasuk lem reaktif dan tidak reaktif? Simak penjelasannya di bawah ini.

Berbagai Jenis Lem Berdasarkan Reaktivitasnya

Pengelompokan adhesive berdasarkan reaktivitas sebenarnya adalah pengelompokan lem berdasarkan metode atau bagaimana lem tersebut menjadi kering (mengeras setelah sebelumnya cair). Kelompok reaktif terdiri atas kelompok lem yang mengering, menggunakan metode pressure time, hingga lem-lem holt melt. Sedangkan kelompok lem reaktif adalah lem-lem 1 komponen dan 2 komponen. Berikut ini penjelasan untuk tiap adhesive tersebut.

Kelompok Lem Non-reactive

Kelompok Lem yang Mengering (Drying)

Ada dua jenis adhesive yang mengeras dengan cara mengering, yakni lem berbasis solvent dan lem polymer dispersion atau biasa disebut sebagai lem emulsi. Lem berbasis solvent adalah lem yang memanfaatkan bahan-bahan yang dapat encer atau terurai dalam solvent (minyak). Pada lem solvent ini, ketika solvent menguap maka, lem akan mengeras. Daya ikatnya sendiri tergantung bahan yang digunakan.

Sedangkan lem emulsi atau polymer dispersion adalah lem-lem PVAc dan turunannya. Lem seperti ini sangat diandalkan dalam industri woodworking dan packaging. Selain itu, PVAc juga banyak dipakai untuk perekatan kain hingga box musik. Contoh lem PVAc adalah Crossbond X3 dan Crossbond X4.

Lem Kayu untuk Gitar yang Tepat
Pressure-sensitive Adhesive

PSA atau Pressure Sensitive Adhesive adalah lem yang mampu membentuk ikatan apabila diberikan tekanan ringan pada adherend-nya. Lem ini didesain dengan kesetimbangan antara sifat cair dan resisten untuk cair. Proses ikatannya sendiri sederhana. Lem ini biasanya ditekan karena sifatnya cukup empuk (lembut). Saat ditekan, akan terjadi interaksi kimia lem dengan medianya. Ikatan van der Waals akan muncul yang kemudian menghasilkan perekatan pada adherend.

Jenis lem berdasarkan reaktivitasnya ini didesain untuk aplikasi sementara ataupun untuk aplikasi permanen. Untuk aplikasi permanen, bisa ditemukan pada perekatan label pada berbagai produk, sambungan interior otomotif, dan lainnya. Sedangkan PSA lainnya (yang kualitasnya lebih baik sehingga dapat digunakan untuk perekatan permanen) dapat ditemukan pada berbagai perekatan dengan beban berat.

Lem Kontak (Contact)

Contact adhesive atau lem kontak biasa digunakan laminate, seperti misalnya pengeleman formica pada counter atau kabinet kayu. Bahan dasar pembuat adhesive ini adalah karet alami (natural rubber) serta polychloroprene atau Neoprene. Kedua bahan ini adalah elastomer yang akan mengalami kristalisasi.

Dalam aplikasinya, contact adhesive harus diterapkan untuk kedua permuaan adherent dn harus ditunggu beberapa lama supaya kering dengan tekanan pada tiap adherend. Beberapa adhesive kontak bahkan memerlukan waktu 1 hari atau 24 jam untuk kering dan bisa mengikat dua adherend bersama. Tatkala tekanan diaplikasikan, ikatan akan tercipta dengan cepat. Sehingga penekanannya tak perlu dilakukan dalam waktu lama.

Hot Melt Adhesive

Jenis lem berdasarkan reaktivitasnya selain ketiga adhesive di atas adalah lem HMA atau Holt Melt Adhesive. HMA merupakan lem thermoplastic yang dapat mencair pada suhu 65 hingga 180 derajat celcius. Lem ini terkenal karena bisa merekatkan berbagai material yang sangat beragam. Bahan dasarnya sendiri kebanyakan berbasis ethylene vinyl acetate atau EVA. EVA sendiri bisa dibuat dalam lem tersendiri atau diaplikasikan dengan glue gun. Contoh lem berbasis EVA yang terdapat di Indonesia adalah lem Eva Phaethon.

Kelompok Lem Reaktif

Kelompok lem ini mengeras bukan karena didiamkan sampai kering atau karena ditekan. Lem-lem reaktif membutuhkan zat lain untuk mengeras dan bekerja sebagai bahan perekat. Terdapat dua jenis lem pada kelompok adhesive reaktif, yakni lem dua komponen dan satu komponen.

Kelompok 2 Komponen (Two Component)

Jenis lem berdasarkan reaktivitasnya ini merupakan lem yang bereaksi ketika dua komponen atau bahan kimia dicampurkan. Reaksi ini menyebabkan ikatan cross link atau saling-silang pada polymer menjadi akrilik, urethane, hingga epoksi (tergantung bahan yang digunakan). Berikut ini beberapa contoh lem dua komponen (2 K).

1. Lem polyester resin – polyurethane resin
2. Lem polyols – polyurethane resin
3. Lem acrylic polymers – polyurethane resins

1 Komponen (One Component)

Lem satu komponen atau 1 K juga termasuk lem reaktif. Sebab, lem seperti ini menjadi keras ketika terjadi reaksi kimia. Hanya saja, bila lem 2 K bereaksi dengan bahan kimia lain, lem ini beraksi dengan faktor lain. Unik sekali bukan? Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sumber energi seperti radiasi, panas, hingga kelembaban.

Sinar Ultra Violet atau UV adalah salah satu contoh sumber faktor yang dibutuhkan beberapa lem 1 K supaya mengeras. Lem yang memanfaatkan UV sendiri kerap disebut sebagai Light Curing Adhesive (LCA). LCA dapat mengering hingga sangat cepat sampai 1 detik saja. Lem ini juga bisa mengikat berbagai bahan dengan karakter berbeda-beda. Kualitas seperti ini membuat UV curing menjadi sangat diandalkan dalam perekatan beberapa produk, terutama untuk elektronik, gelas, optical, hingga medis. Bahan dasarnya sendiri biasanya merupakan lem-lem berbasis acrylic.

cahaya uv

Selain UV, sebagaimana disebut di atas, panas juga banyak digunakan pada adhesive satu komponen. Prosesnya sebenarnya tak jauh berbeda. Tatkala panas dipaparkan, perekat akan beraksi dan membentuk cross link. Demikian juga pada moisture curing adhesive. Faktor kelembaban akan membuat bahan kimia beraksi, membentuk cross link, dan kemudian keras menjadi kering.

Nah itulah aneka jenis lem berdasarkan reaktivitasnya. Mana lem yang paling tepat di antara berbagai macam lem di atas? Jawabannya tergantung kebutuhan Anda. Contoh, untuk merekatkan kayu, sampai saat ini, lem terbaik adalah lem PVAc seperti Crossbond. Sedangkan untuk merekatkan HPL, maka lem yang sebaiknya digunakan adalah lem berbasis ethylene vinyl acetate.

Semoga bermanfaat ya!

promo produk white agent wa-250
perawatan kayu alami natural oil

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here